Langsung ke konten utama

Wawancara Beasiswa LPDP (Rasa Campur-Campur)

Di postingan sebelumnya, saya sudah sempat bercerita tentang perjalanan saya hingga dinyatakan lulus berkas. Kali ini saya akan berbagi cerita tentang tahapan seleksi beasiswa LPDP selanjutnya yaitu Essay On the Spot, Leaderless Group Discussion (LDG), dan wawancara.
Ups, tapi postingan ini akan lebih fokus ke wawancara. *tidak adil yah? Hehe. Maaf yoo... Sedikit info saja, saya hanya berusaha yang terbaik, sebisa saya, semampunya, semua-muanya. Pokonya keluarkan kemampuan menulis kamu sebaik mungkin menyesuaikan dengan waktu yang disediakan untuk Essay on the spot dan berdiskusilah dengan anggun, jangan nyolot tapi santun dan mengandung argumen yang tepat untuk LGD.
Saya berusaha sebaik mungkin untuk essay dan LDG tapi tetap saja saya menyiapkan persiapan "ekstra" untuk wawancara. KENAPA? Bukan karena wawancara lebih penting dari yang lain tapi karena saya tahu itu salah satu kelemahan saya. I am not that bright comparing to the other stars (apasihhh pake bahasa Inggris segala, hehe). Intinya wawancara, saya tidak yakin bisa memberikan yang terbaik. Tapi berhubung saya sudah membuat persiapan seperti cerita di postingan saya sebelumnya (klik klik di sini ^^) maka yang terjadi saat wawancara adalah seperti cerita di bawah ini, Selamat membaca!
"Maaf Pak nama saya kok belum dipanggil yah. Ini sudah 10 menit lewat jadwal wawancara saya" tanyaku cemas kepada panitia setelah menunggu 30 menit tapi bellum juga dipanggil.
"Namanya siapa?" si panitia dengan wajah serius.
"Sukmawati" Jawabku.
"Oh ini tadi sudah saya panggil"
Whatttt... Panik dalam hati. Tapi di wajah tetap tenang... Play cool brooo... Wkwk
"tapi saya sudah menunggu dari tadi dan belum dipanggil juga" dalam hati saya dag dig dug nda karuan.
"Ya sudah silahkan ke lantai 3, tempat wawancara"
Harap-harap cemas menunggu wawancara. Segala dzikir dibaca, menenangkan hati, berpasrah pada Yang Kuasa. Akhirnya namaku dipanggil. Berdiri. Tarik napas, senyum, jalan masuk ruangan.
Dari jauh kulihat meja pewawancara, tiga orang. Satu ibu duduk siujung kiri (sebut saja ini Pewawancara 1), 1 bapak di tengah (sebut saja ini pewawancara 2, yang ini cuco lohh, hahaha *apasihhh), 1 bapak di sisi kanan (sebut saja pewawancara 3). Wajah-wajah serius. Tetap senyum sukma, tetap senyum.
Ku salami satu per satu si pewawancara dan tidak duduk dulu sebelum dipersilahkan. (masih tetap senyum, biar wajah tak cantik, yang penting senyummmm, hahaha). Akhirnya dipersilahkan duduk. Baru rasanya 5 detik duduk, si pewawancara 1 langsung bilang dengan cueknya tanpa melihatku
"Kemana aja tadi, hampir kami eliminasi karena dipanggil tapi orangnya tidak ada"
Whattt.... Dag dig dug lagi. Rileks sukma, rileks. Ku tarik nafas dan dengan santai ku jawab saja, plus senyum lohh
"Ibu, tadi saya sudah menunggu 30 menit tapi tidak dipanggil juga"
"Oke baiklah, ayo kita mulai" kata si pewawancara 1. Lalu si pewawancara 2 menjelaskan bahwa wawancaranya akan direkam untuk dijadikan bahan penilaian.
"OK, now tell us about your self" si pewawancara 1 memulai pertanyaan. Wow. Bahasa Inggris coyy, ngeri, hehe. Maka ku jawab
"Well, My name is Sukmawati. People call me Sukma. I come from Kendari, Southeast Sulawesi. I graduate from University of Haluoleo in 2013. I work in an english course in Kendari. I am the oldest child in my family. I have one younger brother and one little sister. My father is a farmer and My mom had passed away 3 years ago."
"So, tell us, why do you choose the University of Exeter" tanya si pewawancara 2.
"I choose university of Exeter because I feel that the modules offered by the university really fit what I need...." belum selesai sudah dipotong
"What module?" sela si pewawancara 3.
"The university offers complete module that I need such as the module for methodology in teaching, teaching young learners, even until designing curriculum. The university is also known as the best for teacher training program according to Good Teacher Training Guide 2014. It also has the largest education library in UK. That is why I want to go there sir."
"But why must be abroad, why don't you study in Indonesia" si pewawancara 3 lagi. Dag dig dug. Tapi lanjuttt tetap dengan senyum nah, hehe.
"To be an english teacher, I need at least experience to live in the country where the language is actually used and where the language is actually from. The university also offers things that I might not find in here as master students such as opportunity to visit local schools, do observations and even become teacher's assistant in those schools"
Si bapak mengangguk-ngagguk. Ku jelaskan dengan yakin sambil menatap matanya. Asikk, hehe. Nampaknya di puas dengan jawabanku. Suasana masih tegang dan tambah tegang lagi pas si ibu/pewawancara 1 bertanya
"Why must be UK?"
"Why not America for example?" tambah si pewawancara 3, pewawancara 2 yang duduk tepat dihadapanku menggangguk juga, penasaran nampaknya dia. Karena ketiga pewawancara kali ini nampaknya sangat serius, maka ku jawab dengan sesuatu tak pernah aku konsep sebelumnya. Ku jawab sambil menatap satu persatu pewawancara,
"Actually, it started when I was a child. Do you remember the accident 9/11 WTC? As a child, I did not understand anything at that time. All I remember is bombing in the airplane and it hit the tallest building in America. It just leaves me a feeling of afraid that time. But, at that time, one of my university lecturer was studying in America and when I was in University, he shared his experience as Muslim living in America after that accident. That is why I do not want to go to America, I am not sure about myself. Also, because since I was in High school, I often see on news that in England, Muslim is accepted by the society and I even often see that halal food is easily available in England, that is why I feel safer to go there.
"Ohhh.. The matter of safety. OK" timpal si pewawancara 3. Nampaknya dia puas. Nampaknya. Ternyata tidakkk T,T.... Dia bertanya lagi.
"You are an English teacher, right? Tell us how do you teach English?"
Wow, pertanyaan kali ini saya tidak yakin jawabannya. Masa, saya harus jelaskan, lesson plan saya, wkwk nda mungkin kan? Jadi saya jawab sesuai kenyataannya.
"I teach through games, songs, and more practice for students to improve their English."
"No, I mean how do you teach English?" kata pewawancara 3 lagi.
Terdiam saya. Apa maksud bapak ini yah, apa dia mau tahu metode saya mengajar atau mau ngetes saya soal ajar mengajar. Hufff. Tarik nafas panjang dan seketika jawaban pamungkas saya keluar. Sebuah resep yang biasanya hanya ku simpan sendiri.
"Actually sir, I have a special way to help students learning english"
"What is that?" si pewawancara 2 mulai ngomong. Aduhh gantengnya bapak ini, hahaha. #gagalfokus
"It is called IMAN"
Raut muka semua pewawancara mengkerut, penasaran mereka.
"You must have IMAN when you want to be good at learning a foreign language"kataku dengan yakin.
"First, I - imitate"
"Wait, it stands for something?" si ibu memotong. Para bapak menoleh ke si ibu.
"Yes, mam" jawabku.
"Then it is not iman but ai-men, because I is not iii but ai in english" setengah tertawa si ibu menjelaskan, Geli mungkin dia mendengarku jawabanku yang seakan meyakinkan tapi salah pronunciation, wkwkwk. Sedikit malu saya, apa lagi para bapak-bapak pewawancara juga ikut tersenyum-senyum. Aduh gagal misi seolah-olah seakan-akanku. Karena tidak mau kalah, walaupun saya juga kikuk dan senyum, tetap saya lanjutkan
"Well, that was what I was taught, so I will just follow my teacher since my first semester" dengan senyum-senyum aku. Masa guru bahasa Inggris, salah pronounce. Malu tapi takalaaa mi dehh, haha.

"Well, I means imitating, students have to be able to imitate the words of english. Second, they will have to manipulate the words. Here many students fail because they are stuck following the same pattern again and again without being able to modify the language elements they have learned. If they have been able to do this the next step is to articulate the language. Learners have to able to take a good breath to pronounce words appropriately and clearly. And the last one is ..." 
"Naturalize" si ibu memotong lagi dan jawabannya benar. Wowww, pewawancaranya hebat, mengikuti penjelasanku dengan baik, hehe. Upss, ngayal aku. Tapi serius, saya juga kaget pas beliau bisa tebak komponen terakhir.
"Yes. It is the last one to be able to learn English well" jawabku dengan wajah melongo. Hebat si ibu bisa tebak. Plok plok tepuk tangan aku dalam hati
"Wahh... Kamu harus ke Inggris, ajarin lah orang-orang di sana metode kamu ini" si pewawancara 3 angkat bicara. Raut wajahnya puasssss, pertanyaan terjawab tuntas kayanya. Anehnya kok beliau pake bahasa Indonesia?! Akhirnya sayapun bahasa Indonesia juga, hehe.
"Aduh, jangan pak, itu kan rumus RAHASIA saya pak yang saya dapat dari dosen saya" jawabku.
"Tapi itu bukan rahasia lagi, orang kamu sudah cerita sama kami" si pewawancara 2 akhirnya ikut nimbrung dan seketika semua orang tertawa terbahak-bahak. Iya yah, kenapa resep rahasia malah dibocorkan, aduhhh sukma sukma, wkwk. Ketawa kami berempat di meja wawancara. Suasana jadi ringan seketika. Tak ada lagi muka-muka serius dari para pewawancara. Sayapun lebih santai jadinya. Selanjutnya wawancara dilakukan dalam bahasa Indonesia.
Pertanyaan selanjutnya, sangat PERSONAL. Huff, ketegangan muncul kembali. Tapi bagian ini akan saya ceritakan di postingan selanjutnya. Sampai jumpa!! Cheers mate ^^
Bersambung …





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Personal Statement!!! I'm coming...

Halo semuanya!!! Kabar gembira untuk anda semua *ini bukan iklan lohh. Dalam tulisan kali ini saya akan sedikit berbagi tentang berkas-berkas yang kamu butuhkan saat ingin berburu LOA, surat sakti tanda diterima di universitas di luar negeri. Dibacanya dengan hati yah, biar setresssnya dapet, hehehe. Tapi jangan sampai "baper" yah (pengalaman pribadi dulu baper cari LOA ) karena walaupun terlihat susah tapi insyaAllah adaaa jalaannn hooo... loh kok nyanyi, *maapin yoo. Intinya kalau kita berhenti berusaha (dibaca:menyerah) maka selesailah semuanya. Here we go. Sekarang saya sudah tiba di Exeter, Devon, UK. Masih pusing pengaruh kelamaan di pesawat tapi mumpung masih ada waktu berleha-leha makanya dimanfaatkan . Di postingan sebelumnya, saya janji untuk share tentang personal statement (surat ini jadi salah satu pertimbangan kampus dalam menerima mahasiswanya). Jadi kalau teman-teman ingin lanjut di luar negeri, harus bisa buat personal statemnt sendiri dalam bahas

LoA, Jembatan Menuju Beasiswa

Halooooo..... Apa kabar teman-teman dimanapun berada. :D Waktu baru menunjukan pukul 4.30 am (waktu Exeter, UK) saat saya memulai tulisan ini, entah jam berapa di kampung halaman saya, hiks hiks *mulai homesick/cengeng banget sih, wkwkwk, Berhubung perkuliahan belum benar-benar dimulai, saya rasa ini waktu yang tepat untuk membagikan sedikit cerita tentang apa yang terjadi saat kita ingin SERIUSS kuliah di luar negeri. Harus serius loh, karena perjalanan untuk menuju "ke sana" sangat panjang dan berliku, serius deh. Beberapa orang mungkin menghabiskan setahun persiapan, mungkin kurang, tapi dari yang saya lihat dan alami, 1 tahun lebih (banyak lebihnya) untuk mewujudkannya. Saya sendiri mulai "bergerak" memburu kesempatan kuliah di luar negeri pada bulan Maret 2015 dan akhirnya bisa berangkat pada bulan September 2016. Jadiiiii yah hitung sendirilah, lama kan? Tapi jangan karena lama lantas menyerah, jangan karena susah lantas putus asa. Kalau orang lain