Langsung ke konten utama

Merangkai Jejak (Cerpen part 4)

Memories are rude, aren't they? Some of them even reappear in really. Rude. So rude.

Mimpi buruk lagi. Kenangan-kenangan yang ingin ku hapus muncul lagi. Tidak sopan. Ingatan-ingatan beberapa tahun lalu, ketika ibu jatuh pingsan, berhari-hari iya koma di rumah sakit, hingga pergi meninggalkanku untuk selamanya. Sejak saat aku jadi takut terjaga di malam hari, setiap jam 10 malam hingga menjelang tengah malam, aku selalu cemas. Seperti ada duka yang terselip dinginnya udara malam. Seperti saat ibu jatuh pingsan. Malam, dingin, dan sepi. Menakutkan.

Malam ini aku terbangun. Tepatnya bukan hanya karena mimpi buruk tapi karena jet lag lebih tepatnya. Bagaimana tidak, penerbangan lebih dari 20 jam. Kendari-makassar-jakarta-abu dhabi-endiburgh-exeter. Oleng se oleng-olengnya. Penyesuaian waktu yang memakan waktu. Huff... Terbangun jam 10 malam dimana waktu Indonesia saat ini adalah jam 5 subuh. Sempurna. Badanku masih menyangka ia berada di kampung halaman.

"Ini sudah di Inggris, Eka. Sudah di Inggris!!"

Ku tatap langit di luar jendela dari lantai 5 apartemen mewah tempatku tinggal saat ini. Pemandangan malam yang tenang dengan pemandangan gunung di seberang apartemen dan taburan bintang di langit. Sempurna.

"hufff..." ku tarik nafas panjang dan rebahan di tempat tidur ukuran besar di kamar mewahku. Tidur menghadap jendela berukuran 1,5x 1 m dengan pemandangan langit yang bersih. Berharap bisa lanjut tidur lagi. 

***

"Halo mba Eka" sapa gadis berambut panjang itu. Perawakannya akrab tapi penampilannya kali ini berbeda. Mungkin karena waktu aku bertemu dia di airport dan setelah itu aku sendiri fokus ke perjalananku. Dia adalah salah satu dari 4 mahasiswa Indonesia yang berangkat ke Exeter bersamaku. Tari namanya, gadis cantik asal jawa tengah. Di sebelahnya berdiri Lia, gadis asal sumatra. Tersenyum tipis Lia padaku. Ku balas senyuman.
"Bulan mana?" tanyaku mencari si Nona sumatra tapi berdarah jawa. 
"Mba Bulan lagi melapor berkas, mba Eka sudah?" Timpal Lia.
"Sudah beres semua  punyaku.. Oh itu Ari!" seketika kami semua melihat ke arah pintu ruangan masuk gedung pusat  kegiatan mahasiswa. Ari datang, mahasiswa asal kalimantan ini sedikit kikuk, nampaknya sedang mencari kemana ia harus melaporkan diri sebagai mahasiswa internasional. Dengan badan tegap dan senyum yang sedikit dipaksakan, ia menyapa kami, lalu berlalu mengurus kelengkapan berkasnya.

Ketika Ari kembali dari mengurus berkasnya ku lihat Bulan juga keluar dari kantor  penerimaan mahasiswa baru. Ari dan bulan adalah dua mahasiswa Indonesia lain yang menemaniku selama perjalan menuju exeter. Berkumpulah kami berlima. Aku, Tari, Lia, Bulan, dan Ari. Entah apa yang akan terjadi ke depan tapi seakan firasat, senyum dan tatapan mata ke empat orang ini mengingatkan ku kepada orang-orang yang pernah aku temui. Aneh. Serasa kenangan tentang beberapa orang hadir lagi di dalam diri mereka.

Br.. Br.. Hpku bergetar.
"sudah ketemu dengan Bulan?" Pesan whatsapp si Kunyuk.
"sudah jawabku"
Ku simpan HP ke dalam tas. Jangan terlalu bermain HP. Aku perlu bersosialisasi dengan teman-teman baruku. Tapi entah mengapa ada rasa rindu dengan teman-teman di Indonesia. Rindu si Kunyuk. Iya rindu. Ku tepuk jidatku. Sejak kapan aku rindu dengan mahkluk anomaly itu. Ampun deh.

Bersambung…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Personal Statement!!! I'm coming...

Halo semuanya!!! Kabar gembira untuk anda semua *ini bukan iklan lohh. Dalam tulisan kali ini saya akan sedikit berbagi tentang berkas-berkas yang kamu butuhkan saat ingin berburu LOA, surat sakti tanda diterima di universitas di luar negeri. Dibacanya dengan hati yah, biar setresssnya dapet, hehehe. Tapi jangan sampai "baper" yah (pengalaman pribadi dulu baper cari LOA ) karena walaupun terlihat susah tapi insyaAllah adaaa jalaannn hooo... loh kok nyanyi, *maapin yoo. Intinya kalau kita berhenti berusaha (dibaca:menyerah) maka selesailah semuanya. Here we go. Sekarang saya sudah tiba di Exeter, Devon, UK. Masih pusing pengaruh kelamaan di pesawat tapi mumpung masih ada waktu berleha-leha makanya dimanfaatkan . Di postingan sebelumnya, saya janji untuk share tentang personal statement (surat ini jadi salah satu pertimbangan kampus dalam menerima mahasiswanya). Jadi kalau teman-teman ingin lanjut di luar negeri, harus bisa buat personal statemnt sendiri dalam bahas

Wawancara Beasiswa LPDP (Rasa Campur-Campur)

Di  postingan sebelumnya , saya sudah sempat bercerita tentang perjalanan saya hingga dinyatakan lulus berkas. Kali ini saya akan berbagi cerita tentang tahapan seleksi beasiswa LPDP selanjutnya yaitu Essay On the Spot, Leaderless Group Discussion (LDG), dan wawancara. Ups, tapi postingan ini akan lebih fokus ke wawancara. *tidak adil yah? Hehe. Maaf yoo... Sedikit info saja, saya hanya berusaha yang terbaik, sebisa saya, semampunya, semua-muanya. Pokonya keluarkan kemampuan menulis kamu sebaik mungkin menyesuaikan dengan waktu yang disediakan untuk Essay on the spot dan berdiskusilah dengan anggun, jangan nyolot tapi santun dan mengandung argumen yang tepat untuk LGD. Saya berusaha sebaik mungkin untuk essay dan LDG tapi tetap saja saya menyiapkan persiapan "ekstra" untuk wawancara. KENAPA? Bukan karena wawancara lebih penting dari yang lain tapi karena saya tahu itu salah satu kelemahan saya. I am not that bright comparing to the other stars (apasihhh pake bahasa Inggr

LoA, Jembatan Menuju Beasiswa

Halooooo..... Apa kabar teman-teman dimanapun berada. :D Waktu baru menunjukan pukul 4.30 am (waktu Exeter, UK) saat saya memulai tulisan ini, entah jam berapa di kampung halaman saya, hiks hiks *mulai homesick/cengeng banget sih, wkwkwk, Berhubung perkuliahan belum benar-benar dimulai, saya rasa ini waktu yang tepat untuk membagikan sedikit cerita tentang apa yang terjadi saat kita ingin SERIUSS kuliah di luar negeri. Harus serius loh, karena perjalanan untuk menuju "ke sana" sangat panjang dan berliku, serius deh. Beberapa orang mungkin menghabiskan setahun persiapan, mungkin kurang, tapi dari yang saya lihat dan alami, 1 tahun lebih (banyak lebihnya) untuk mewujudkannya. Saya sendiri mulai "bergerak" memburu kesempatan kuliah di luar negeri pada bulan Maret 2015 dan akhirnya bisa berangkat pada bulan September 2016. Jadiiiii yah hitung sendirilah, lama kan? Tapi jangan karena lama lantas menyerah, jangan karena susah lantas putus asa. Kalau orang lain