Langsung ke konten utama

Bagaimana cara mendapatkan beasiswa LPDP? (Cerita persiapan wawancara beasiswa LPDP)

Halo teman-teman! Setelah 6 bulan tinggal di negeri Ratu Elizabeth, baru lagi dapat kesempatan untuk update soal cerita beasiswa. Harap maklum proses settlement ternyata tidak segampang yang dibayangkan. Eitsss tapi soal cerita hidup di Inggris, akan ada postingannya khusus. Kali ini saya akan cerita tentang proses saya akhirnya mendapatkan beasiswa LDPD. Di beberapa postingan sebelumnya saya sudah sedikit cerita tentang apa yang harus di persiakan berdasarkan pengalaman saya (Kuliah Di Luar NegeriPersonal statement, dan LoA). Memang ada beberapa perubahan dalam proses penerimaan beasiswa LPDP tapi kalau jodoh pasti tak kemana, *eh, hahaha. Intinya tetap semangat yah teman-teman, berusaha sambal berdoa juga :)

Baiklah. Langsung saja.
Setelah mendapatkan LoA, maka tentu saja kita harus mengejar beasiswa buat bayarin kita kuliah, hehe. Saat pendaftaran beasiswa LPDP, ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Ini bisa dilihat di website beasiswa LPDP untuk S2 dan S3.

Sayangnya, saat ini, kalau ingin lanjut studi ke luar negeri, maka tidak bisa lagi menggunakan TOEFL PBT tapi harus TOEFL IBT dengan standar nilai 75 atau IELTS 6.5 untuk lebih jelasnya silahkan lihat ke web LDPD. Saya dulu masih beruntung karena masih bisa daftar dengan TOEFL PBT, namun pada akhirnya saya juga harus tes IELTS untuk persyaratan visa dan permintaan dari perguruan tinggi. Saya akan posting juga tentang menghadapi IELTS di postingan lain. Ditunggu yah, hehe.

Jadi, kalau sudah siap dengan semua berkasnya, mendaftarlah. Setelah dinyatakan lulus berkas atau lulus seleksi administrasi, maka yang selanjutnya harus dipersiapkan adalah bagaimana menghadapi wawancara. Berikut cerita saya ketika menghadapi wawancara beasiswa LPDP. Disimak yah, hehehe

Setelah dinyatakan lulus berkas, pastikan kalau semua hardcopy yang diminta panitia seleksi dipersiapkan dengan baik mulai dari persyaratan berkas kalau perlu sampai sertifikat-sertifikat (diriku dulu begitu, kasian, hehe, mungkin orang lain beda). Intinya, semuanya. Jangan sampai ada yang ketinggalan. Dulu waktu wawancara ada peserta yang belum mengurus SKCKnya. Wow. Disuru pulang untuk mengurus. it would be impossible. It was the day of interview. Totally impossible. Huff. Lanjut.

Berlatihlah dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin keluar. Minta seseorang (yang lebih senior pastinya) untuk berperan sebagai pewawancara. Yah, ini sekedar latihan supaya mulut tidak kaku dan otak tidak beku saat wawancara nanti. Ini tips sederhana, tapi bagi saya sangat bermanfaat. Saya berlatih sebanyak 4 kali dengan 3 orang yang berbeda. Berikut contoh pertanyaan yang saya browsing kiri kanan sebelum wawancara dan saya jadikan latihan waktu itu
  1. Perkenalan diri
  2. Mengapa mengambil jurusan itu
  3. Bagaimana rencana studi S2, apa topik thesis yang anda pilih
  4. Apa yang direncakan setelah lulus S2
  5. Apa yang bisa anda lakukan untuk Indonesia setelah lulus S2
  6. Apa puncak kesuksesan anda
  7. Apa kekurangan dan kelebihan anda
  8. Jika ditawari bekerja di luar negeri, apakah diambil?
  9. Orang yang berjasa dalam hidup anda
  10. Jangan duduk sebelum dipersilahkan
Bukan hanya berlatih, saya juga minta saran dari teman-teman yang sudah pernah menghadapi wawancara beasiswa LPDP sebelumnya dan begini kata mereka
  • Perkenalan diri akan ditanyakan dibagian awal
  • Pertanyaan tentang tujuan kuliah mencakup lingkungan tujuan studi kita dan universitasnya dan apakah itu akan bisa menunjang hingga kita menyelesaikan studi dengan baik
  • Biarkan pewawancara BETUL-BETUL menyelesaikan pertanyaannya, DENGARKAN, RESAPI, PAHAMI, dan jawab.
  • Santai saja. Yang dicari beasiswa LPDP itu orang yang jujur dan bertanggung jawab (ini kata teman saya)
  • Perhatikan juga info-info terkini tentang jurusanmu
  • Penampilan juga penting. Pilihlah warna yang cerah tapi jangan terlalu cerah jangan gelap juga (ini sarannya untuk saya, mungkin karena kulit saya gelap, kali yah, wkwkwk. Entahlah)
  • Dan sebagai tambahan untuk Leaderless Group Discussion (LGD), saya disarankan untuk berbicara tidak telalu cepat supaya perkataan saya bisa dimegerti dan saya perlu mengatur tempo bicara saya (maklumlah saya kalau ngomong, speednya suka tidak terkendali, hehehe). Oya, ingat juga ini LEADERLESS, tidak ada yang memimpin, jadi tidak usah mencoba menjadi Mr./Ms. I-Know-Everything :)

Bukan hanya berlatih wawancara, saya juga minta saran dari teman-teman yang sudah pernah menghadapi wawancara beasiswa LPDP sebelumnya dan begini nasihat yang saya dapat

Tapi dari semua nasihat-nasihat itu, saya paling tersentuh sama nasihat guru saya (sampai konsul ke guru jaman sekolah dulu, hehe). Katanya “curahkan saja semua, supaya tidak ada penyesalan. Anggaplah ini Cuma kesempatan sekali. Ungkapkan saja semua, sesuai dirimu. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Jangan ada yang dilebih-lebihkan. Jujur saja. Si pewawancara itu bukan siapa-siapamu, mereka tidak kenal kamu, mereka hanya akan ketemu kamu sekali saja dan bisa jadi setelah itu mereka lupa siapa kamu. Jadi kamu sebenarnya tidak ada beban. You got nothing to lose” nasihat inilah yang saya ingat dan membuat hati saya ringan saat proses wawancara.

Lantas bagaimana proses wawancaranya? akan saya bagikan di postingan selajutnya, hehehe.

Terima kasih sudah membaca. Tetap semangat yah. Salam dari Exeter :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Personal Statement!!! I'm coming...

Halo semuanya!!! Kabar gembira untuk anda semua *ini bukan iklan lohh. Dalam tulisan kali ini saya akan sedikit berbagi tentang berkas-berkas yang kamu butuhkan saat ingin berburu LOA, surat sakti tanda diterima di universitas di luar negeri. Dibacanya dengan hati yah, biar setresssnya dapet, hehehe. Tapi jangan sampai "baper" yah (pengalaman pribadi dulu baper cari LOA ) karena walaupun terlihat susah tapi insyaAllah adaaa jalaannn hooo... loh kok nyanyi, *maapin yoo. Intinya kalau kita berhenti berusaha (dibaca:menyerah) maka selesailah semuanya. Here we go. Sekarang saya sudah tiba di Exeter, Devon, UK. Masih pusing pengaruh kelamaan di pesawat tapi mumpung masih ada waktu berleha-leha makanya dimanfaatkan . Di postingan sebelumnya, saya janji untuk share tentang personal statement (surat ini jadi salah satu pertimbangan kampus dalam menerima mahasiswanya). Jadi kalau teman-teman ingin lanjut di luar negeri, harus bisa buat personal statemnt sendiri dalam bahas

Wawancara Beasiswa LPDP (Rasa Campur-Campur)

Di  postingan sebelumnya , saya sudah sempat bercerita tentang perjalanan saya hingga dinyatakan lulus berkas. Kali ini saya akan berbagi cerita tentang tahapan seleksi beasiswa LPDP selanjutnya yaitu Essay On the Spot, Leaderless Group Discussion (LDG), dan wawancara. Ups, tapi postingan ini akan lebih fokus ke wawancara. *tidak adil yah? Hehe. Maaf yoo... Sedikit info saja, saya hanya berusaha yang terbaik, sebisa saya, semampunya, semua-muanya. Pokonya keluarkan kemampuan menulis kamu sebaik mungkin menyesuaikan dengan waktu yang disediakan untuk Essay on the spot dan berdiskusilah dengan anggun, jangan nyolot tapi santun dan mengandung argumen yang tepat untuk LGD. Saya berusaha sebaik mungkin untuk essay dan LDG tapi tetap saja saya menyiapkan persiapan "ekstra" untuk wawancara. KENAPA? Bukan karena wawancara lebih penting dari yang lain tapi karena saya tahu itu salah satu kelemahan saya. I am not that bright comparing to the other stars (apasihhh pake bahasa Inggr

LoA, Jembatan Menuju Beasiswa

Halooooo..... Apa kabar teman-teman dimanapun berada. :D Waktu baru menunjukan pukul 4.30 am (waktu Exeter, UK) saat saya memulai tulisan ini, entah jam berapa di kampung halaman saya, hiks hiks *mulai homesick/cengeng banget sih, wkwkwk, Berhubung perkuliahan belum benar-benar dimulai, saya rasa ini waktu yang tepat untuk membagikan sedikit cerita tentang apa yang terjadi saat kita ingin SERIUSS kuliah di luar negeri. Harus serius loh, karena perjalanan untuk menuju "ke sana" sangat panjang dan berliku, serius deh. Beberapa orang mungkin menghabiskan setahun persiapan, mungkin kurang, tapi dari yang saya lihat dan alami, 1 tahun lebih (banyak lebihnya) untuk mewujudkannya. Saya sendiri mulai "bergerak" memburu kesempatan kuliah di luar negeri pada bulan Maret 2015 dan akhirnya bisa berangkat pada bulan September 2016. Jadiiiii yah hitung sendirilah, lama kan? Tapi jangan karena lama lantas menyerah, jangan karena susah lantas putus asa. Kalau orang lain