Langsung ke konten utama

Merangkai jejak (cerpen bagian 3)

Apakah hidup itu cerita yang terus bersambung? Seperti sebuah film yang konfliknya tak pernah berhenti, sambung menyambung, dan tak usai-usai? Ataukah hidup itu perjalanan, dimana jauh sebelum itu Tuhan telah menetapkan siapakah mereka yang akan tetap di sisimu untuk sementara waktu dan siapa yang lebih dulu meninggalkanmu dengan alasan apapun itu.

Melamun aku. Pertanyaan demi pertanyaan melintas dalam benakku. Bagaimana kah perjalananku nanti. Akankah aku bertemu orang-orang baik dan menjadi lebih baik atau sebaliknya. Pertanyaan-pertanyaan sulit nan dramatis itu lalu lalang melintas dengan tidak sopannya di otakku. Iya tidak sopan, karena entah dari mana mereka muncul. Tanpa permisi begitu saja muncul. Entah dari mana.
Penerbangan kurang lebih tiga jam dari Kendari – Makassar – Jakarta akhirnya terisi dengan lamunan-lamunan tak jelas.

“Eka, perjalanan ke Inggris masih lebih jauh, kamu harus tetap berpikir positif, kamu pasti bisa” hiburku dalam hati.

Jujur saja, tak pernah terpikir bahwa aku akan pergi jauh ke benua eropa untuk studi. Dua tahun perjuangan, akhirnya terbalas. Susah payah berjuang mendapatkan beasiswa akhirnya terbayarkan. Setelah peluh dan air mata bercampur. Setelah kerja keras dan doa dipadukan. Setelah panjangnya penantian untuk bisa mengejar impian. Setelah terjebak dengan sms singkat yang berakhir perjalanan panjang. Siapa yang menyangka.


*** Pertengahan 2015***

“Alhamdulillah, LULUS” status facebook Si Kunyuk. Iseng membuka social media, tak menyangka status mencolok itu yang terpampang di berandaku.

“Prettt…” kataku dalam hati. Apanya yang menungguku untuk kuliah S2 sama-sama. Nyatanya dia sudah daftar duluan. Sudah lulus di salah satu univeristas terbaik. Pamer pula di social media.

“Dasar… hhhhhh” kesal dalam hati. Senyum kecut di wajah. Itulah diriku yang selalu sejenis kesal-kesal kecil jika Si Kunyuk lebih baik dariku. Entah kenapa, sejak SMA selalu begitu. Padahal sempat jadi teman sebangku hampir setahun lamanya, padahal diriku pernah juara tiga dan dia juara empat, dan diriku juara satu dia juara dua, tapi selalu saja aku merasa dia sainganku, selalu merasa emosi ketika dia bisa lebih baik dari ku.

Yah tapi segera kuliah itu haknya. Untuk kebaikannya. Dia memang harus berkuliah tahun ini. “tidak boleh iri Eka” tegurku pada diri sendiri.

Brrr… brrr… tiba-tiba HPku bergetar. Seseorang menelpon. Memalingkanku sejenak dari status facebook yang membuatku sempat gagal fokus. Dengan setengah tak peduli, ku ambil hp yang sedang bergetar itu.

Kaget dan bingung ketika sadar siapa yang menelpon. “Si Kunyuk memanggil”. Begitu tulisan di layar HPku.

“what?? Untuk apa dia telpon” pikirku. Sebuah kebetulan yang aneh. Aneh. Sungguh aneh.

“Lagi apa?” katanya membuka percakapan.

“Lagi online” jawabku singkat. “bagaimana pelajaran Bahasa Inggrismu?” sekenaku bertanya.

“Sudah lulus”. Jawabnya.

“Oh. Sukurlah” Jawabku kaku.

“Bukan lulus tes bahasa Inggris. Maksudku aku udah lulus di universitas tujuanku” jawabnya dengan nada bahagia yang tidak bisa dia sembunyikan.

“Wah selamat yah” jawabku tapi dalam hati “dasar kunyukkkkkk, mau pamer yahhhh… hhhhhh…”

“Iya donggg” jawabnya lagi, dengan suara senyum-senyum yang tetap kedengaran walaupun lewat telepon. Seolah-olah tahu apa yang aku ucapkan dalam hati

“Dasarrrrrrrr” ucapku dalam hati. Lagi.

"Tadi aku habis telepon bu guru SMA kita tentang kabar ini, habis itu aku langsung telepon kamu”

Hening. Sejenak. Tak tahu aku harus bilang apa. Di satu sisi bahagia, karena walaupun dengan ku tak pernah betul-betul akur denganku, senang rasanya bila seorang teman berbagi kebahagiaannya denganmu, Si Kunyuk akhirnya bisa mendapatkan impiannya untuk lanjut studi. Entah bagaimana dengan diriku nanti. Apakah Si Kunyuk akan berubah dan pertemanan kami akan berubah. Entahlah. Sejenis khawatir kehilangan teman baik tiba-tiba saja merayap di hatiku. Tunguuuu, teman baik? Oh bukan. Status kami adalah teman yang tak pernah akur. Itu status yang harus dijaga. Tiba-tiba saja aku tersenyum dan bilang

“Jadi kapan mulai kuliah? Tidak balik ke Kendari lagi?”

“Aku mulai kuliah bulan September tahun ini dan tidak balik ke Kendari. Kamu jangan nyariin aku yah. Jangan rindu sama aku yah”

“Whattttt? Ga bisa dibaikin ini anak” pekikku dalam hati.

“Hahaha…” tiba-tiba terdengar suaranya ketawa lepas. Pasti puaslah dia setelah mengejekku. Dasar. Teman sejenis musuh atau musuh sejenis teman. Dasar manusia anomaly. Tahulah aku dia sengaja untuk menelponku untuk dua alasan. Pamer dan menjajahku lagi. Dasar kunyuk.

***
Mengingat kenangan itu, senyum-senyum diriku sambal menyusuri lorong bandara Soekarno-Hatta. Teman yang tak pernah akur denganku tapi selalu membuatku benci-benci rindu. OMG, kayaknya aku kelamaan di pesawat, makanya pikiranku ngawur.

Ku aktifkan hpku. pesan dari Si Kunyuk. ku tekan 12 digit nomor telepon. Memanggil.

“Pa, aku uda di Jakarta. Beberapa jam lagi penerbanganku ke Inggris”

“Iya nak, hati-hati yah”.

Bersambung…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Personal Statement!!! I'm coming...

Halo semuanya!!! Kabar gembira untuk anda semua *ini bukan iklan lohh. Dalam tulisan kali ini saya akan sedikit berbagi tentang berkas-berkas yang kamu butuhkan saat ingin berburu LOA, surat sakti tanda diterima di universitas di luar negeri. Dibacanya dengan hati yah, biar setresssnya dapet, hehehe. Tapi jangan sampai "baper" yah (pengalaman pribadi dulu baper cari LOA ) karena walaupun terlihat susah tapi insyaAllah adaaa jalaannn hooo... loh kok nyanyi, *maapin yoo. Intinya kalau kita berhenti berusaha (dibaca:menyerah) maka selesailah semuanya. Here we go. Sekarang saya sudah tiba di Exeter, Devon, UK. Masih pusing pengaruh kelamaan di pesawat tapi mumpung masih ada waktu berleha-leha makanya dimanfaatkan . Di postingan sebelumnya, saya janji untuk share tentang personal statement (surat ini jadi salah satu pertimbangan kampus dalam menerima mahasiswanya). Jadi kalau teman-teman ingin lanjut di luar negeri, harus bisa buat personal statemnt sendiri dalam bahas

Wawancara Beasiswa LPDP (Rasa Campur-Campur)

Di  postingan sebelumnya , saya sudah sempat bercerita tentang perjalanan saya hingga dinyatakan lulus berkas. Kali ini saya akan berbagi cerita tentang tahapan seleksi beasiswa LPDP selanjutnya yaitu Essay On the Spot, Leaderless Group Discussion (LDG), dan wawancara. Ups, tapi postingan ini akan lebih fokus ke wawancara. *tidak adil yah? Hehe. Maaf yoo... Sedikit info saja, saya hanya berusaha yang terbaik, sebisa saya, semampunya, semua-muanya. Pokonya keluarkan kemampuan menulis kamu sebaik mungkin menyesuaikan dengan waktu yang disediakan untuk Essay on the spot dan berdiskusilah dengan anggun, jangan nyolot tapi santun dan mengandung argumen yang tepat untuk LGD. Saya berusaha sebaik mungkin untuk essay dan LDG tapi tetap saja saya menyiapkan persiapan "ekstra" untuk wawancara. KENAPA? Bukan karena wawancara lebih penting dari yang lain tapi karena saya tahu itu salah satu kelemahan saya. I am not that bright comparing to the other stars (apasihhh pake bahasa Inggr

LoA, Jembatan Menuju Beasiswa

Halooooo..... Apa kabar teman-teman dimanapun berada. :D Waktu baru menunjukan pukul 4.30 am (waktu Exeter, UK) saat saya memulai tulisan ini, entah jam berapa di kampung halaman saya, hiks hiks *mulai homesick/cengeng banget sih, wkwkwk, Berhubung perkuliahan belum benar-benar dimulai, saya rasa ini waktu yang tepat untuk membagikan sedikit cerita tentang apa yang terjadi saat kita ingin SERIUSS kuliah di luar negeri. Harus serius loh, karena perjalanan untuk menuju "ke sana" sangat panjang dan berliku, serius deh. Beberapa orang mungkin menghabiskan setahun persiapan, mungkin kurang, tapi dari yang saya lihat dan alami, 1 tahun lebih (banyak lebihnya) untuk mewujudkannya. Saya sendiri mulai "bergerak" memburu kesempatan kuliah di luar negeri pada bulan Maret 2015 dan akhirnya bisa berangkat pada bulan September 2016. Jadiiiii yah hitung sendirilah, lama kan? Tapi jangan karena lama lantas menyerah, jangan karena susah lantas putus asa. Kalau orang lain