Langsung ke konten utama

Wawancara Beasiswa LPDP (Part 2)

 Wowww... Lama tak menulis. Sempat lupa kalau punya blog karena kesibukan dalam dunia persilatan (Padahal karena kemageran akut dan berakar 😂).

Tulisan ini adalah lanjutan dari wawancara beasiswa LPDP (part 1) yang membahas drama proses wawancaraku, hingga ke bagian pertengahan.


Nah sekarang, setelah bertahun-tahun (3 tahun lebih tepatnya. LOL), akan saya lanjutkan kembali ceritanya. Jadi agar ceritanya komplit, baca dulu part 1 lalu gasss dan lanjutkan membaca cerita ini. Oya disclaimer: wawancara ini pengalaman pribadi individu tunggal, tidak bisa digeneralisasi untuk semua orang. 


Jadi setelah pertanyaan tentang "studi" di part 1 itu, terbitlah pertanyaan-pertanyaan yang mulai personal dan saya lebih ngeri-ngeri sedap menjawabnya dibandingkan pertanyaan tentang studi. Kenapa demikian? karena pertanyaan yang muncul adalah tentang pribadi saya. Pertanyaan yang TIDAK ADA dalam kisi-kisi kunci jawaban yang sudah saya siapkan. Maklum lah saya kan sudah siapkan contekan, haha. Just kidding, wkwk. Beginilah situasinya....


(Note: Ada 3 pewawancara. Mari kita sebut mereka dengan Bapak Pewawancara 1, Ibu Pewawancara, dan Bapak Pewawancara Cucco 😀 eh maksudnya Bapak Pewawancara 2)


"Jadi di esai kamu bilang, kamu ngurus majalah dinding?" Si Bapak Pewawancara 1.

"Iya pak. Saya dulu mengurus majalah dinding dan itu pertama kalinya majalah dinding untuk program studi menjadi lebih rapi dan dibaca oleh teman-teman" 

"Lalu bagaimana dengan majalah dinding nya sekarang?"

"Alhamdulillah Pak, masih berlanjut. Bahkan tahun lalu saya ke kampus, bingkai yang kami buat masih tetap terpakai"

Pewawancara 1 lalu, angguk-angguk sambil hm hm ya ya. 

Lalu si Ibu pewawancara tiba-tiba nyeletuk. "Kamu ikut komunitas anak jalanan yah?"

"Iya bu. tapi tidak lama dan saya berhenti".

Saya terdiam.

Dalam hatiku "mampusss, mati ja kalau ditanya alasannya. Kalau ditanya alasannya, haruskah saya jujur?? Kalau saya jujur, apakah si Ibu bisa menerima?? Apakah akan membuat saya terlihat buruk?? Apakah akan mengurangi nilai wawancaraku??Haruskah saya karang jawaban akan buat saya terlihat bagus??".

Huuuu konflik batin!!

Lalu tiba-tiba saya terpikir pesan guruku sehari sebelum saya berangkat wawancara "Lakukan yang terbaik. Ceritakan semuanya. Ungkapkan semuanya. Tidak usah ditahan. Toh pewawancara nya tidak kenal kamu. Cuma lihat kamu sebentar, bentar juga lupa. Jadi tidak usah malu dan ragu. Jangan buat dirimu menyesal karena tidak ungkapkan yang sebenarnya"

Nah saat saya sedang asik dengan drama konflik batinku dan dialog sahut menyahut dalam kepalaku, si Ibu auto tanya donggg. Ya iyalah dia tidak akan menunggu saya selesai dengan konflik internal yang saya sendiri saja yang sadari 😂 (kalau kamu pernah galau dan otak mu kayak buat sendiri sinetron dengan berbagai skenario buruk, pasti kamu bisa paham situasiku)

Si ibu balik nanya dengan nada kepo yang saya profesional dan objektif.

"kenapa kamu berhenti?"

Tarik nafas panjang dan hembuskan. Pastikan anda terus bernapas walaupun anda tegang. Dan saya putuskan untuk jujur. Saya jarang berbicara tentang itu. Saya cenderung melupakan hal-hal buruk bila terlalu berat. Dan tidak mudah untuk saya kalau harus terbuka soal masalah pribadi (aduhhh berat pembahasan. wkwk). Tapi berhubung ini untuk ke Inggris!! Inggris coyy Inggris!! Maka saya beranikan diri menceritakan keadaannya. Mungkin saya akan terlihat buruk tapi inilah keadaannya. Saya putuskan saya tidak mau terdengar bagus tapi ternyata mengarang cerita.

"Saya sakit Bu". Tarik nafas lagi dan ...

"Saya ada masalah dengan jantung waktu itu. Menurut orang tua, sebaiknya saya jangan ikut kegiatan dulu waktu itu"

Waktu jawab begitu. Saya tetap tatap mata si Ibu, senyum tegas percaya diri tak gentar. Pokoknya stay positif. Siapa tahu tohhh dia terpesona dengan kejujuranku dan luluhhh... 

Dan akhirnya....

Dia TIDAK luluh ternyata 😂 Komentarnya tambah pedis tawwa.

"Aduhhh suka sakit baru mau ke Inggris. Di sana dingin loh. Bagaimana kalau kamu sakit"

Huuuu saya tidak bisa gambarkan ekspresi si Ibu waktu bilang itu kalimat. Tapi lagi-lagi saya ingat "Jangan buat dirimu menyesal karena tidak ungkapkan yang sebenarnya". Saya langsung menyambung dengan percaya diri...

"Tapi saya sekarang sudah sehat Bu. Saya rajin olahraga dan makan makanan sehat" Sambil senyum manis 227 (2mm ke kiri, 2mm ke kanan, tahan 7 detik 😀 tapi tidak tunjukan gigi, eaa)

Si Ibu tiba-tiba mengangguk yakin sambil melirik saya dari bawah ke atas. Asumsiku itu artinya positif. Yah kan di film-film kalau cewek cantik dan bohai aduhai kalau turun dari mobil pasti dishootingnya dari bawah ke atas. Tapi kalau upik abu, shootingnya dari atas ke bawah 😅. Ini asumsi semata, tapi saya cukup percaya diri kalau jawabanku tidak buruk dan karena waktu itu berat masih ideal yah, bisalah dipercaya kalau saya bilang rajin olahraga, wkwk. Kalau sekarang mungkin agak meragukan 😂

Lalu tiba-tiba Bapak Cucco, eh maksudnya Bapak Pewawancara 2, bersuara.

"Sepertinya inilah yang dicari"

Dua pewawancara yang lain auto menoleh ke pewawancara ini. Hening 2 detik mungkin. dan saya dalam hati. Hah?? dicari?? dicari siapa pak, dicari LPDP atau dicari sama Bapak 😉 (huuu mohon maaf, Bapak yang satu ini di mataku semacam ajushi rasa oppa begituu, wkwk)

"Dicari siapa?" Si Ibu langsung bertanya. Huuu dia mendengarkan isi hatiku, wkwk.

Lalu si Bapak Cucco, eh maksudnya Bapak Pewawancara 2, melanjutkan

"Yang dicari orang-orang sana. Bule-bule Inggris!"

Seketika kami bertiga tertawa 😂😂 (saya dan 2 pewawancara). Bagaimana tidak ini Bapak dari awal tidak ada suaranya. Sekalinya bersuara pecahhh 😂. Tapi menurutku dia psikolog sih. Karena dia seperti menganalisis jawaban dan ekspresiku, dan memang iya salah satu dari pewawancara adalah psikolog sedangkan dua lainnya berasal dari bidang yang dilamar peserta. Hanya saja peserta tidak tahu yang mana psikolog, yang mana ahli bidang.

Suasana semakin cair. Si Ibu lanjut bertanya apakah saya tertarik bila diajak menikah oleh orang asing dan apakah akan tetap kembali ke Indonesia bila terjerat pria bule. Saya menjawab santai, saya cinta produk dalam negeri 😅. Kita lanjut tertawa lagi dan suasana semakin santai. Saya sampai menoleh ke meja lain karena khawatir wawancaraku ribut mengganggu wawancara di meja lain sebab kami banyakan tertawanya. Dan ketawanya itu, ketawa yang pecahhh, bukan yang krik krik, wkwk. Saya sampai sakit perut loh karena kebanyakan ketawa. Yah mungkin karena nervous juga sih, hehe.

Menjelang akhir wawancara (saya sudah tidak tahu itu akhir atau masih pertengahan, saya masih sakit perut gara-gara kebanyakan ketawa), tiba-tiba si Bapak ajushi oppa eh maksudnya Pewawancara 2 😅bertanya lagi. 

"Tapi bagaimana bila kamu menghadapi diskriminasi. Apalagi kamu perempuan berjilbab."

Keadaan hening selama 2 detik (kalau saya tidak salah hitung, wkwk).

Saya sejenak diam. Dua pewawancara yang lain menatap saya, penasaran menunggu jawaban saya. Saya menatap Bapak Manis, eh maksudnya Pewawancara 2 😂. Dan jawaban saya adalah....

"Emang di Inggris begitu pak??" saya jawab sambil mengaktifkan muka polos. 

Seketika dua pewawancara yang lain tersenyum geli karena pewawancara malah dapat pertanyaan dan sekarang kikuk mau menjawab. Si pewawancara 1 malah ikutan bertanya "iya, memang ada??" Pewawancara 2 akhirnya bilang "yahh kalau ada... bagiamana..." sambil senyum-senyum keki. 

Tapi menyambung dari pertanyaan itu, si Ibu bilang dengan serius

"Iya bagaimana kalau itu terjadi. Kan kamu perempuan berjilbab, mungkin kamu bisa kenapa-kenapa karena berjilbab"

Tak usah menunggu lama, saya langsung menjawab sambil senyum sumringah..

" Tenanggg buu... Saya akan model-model jilbab saya bisa fashionable. Biar orang-orang terpesona sama saya😁"

Mendengar jawaban itu ketiga pewawancara langsung tertawa lagi. Saya tidak mengerti apa yang lucu. Mungkin gesture tangan saya saat menjelaskan model jilbab atau karena saya terlalu polos saat menjawab. Entahlah yang jelas semua orang tertawa di akhir wawancara. Dan masih sambil tertawa mereka bertiga mendoakan saya agar sukses studi nya. Saya pun keluar ruangan masih sambil senyum-senyum bukan karena wawancara sudah selesai tapi lebih karena memang pembicaraannya santai dan ringan.

Yah begitulah akhir wawancaranya. Ceritanya panjang. Mungkin membosankan. Dan sepertinya beberapa detail saya lewatkan.  tapi terserahlah. Mumpung ada waktu dan saya masih ingat beberapa hal dari wawancara itu, makanya saya tuliskan. hihi.

Cukup sudah. Capek mengetik. Waktunya istrahat.  

Komentar

  1. Мнефозна Нбе витана наниен какази
    Нбе витана titanium sheet metal Нбе titanium guitar chords витана наниен micro touch trimmer какази алька сбитаниен какази titanium granite Нбе citizen titanium dive watch сбитаниен

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Personal Statement!!! I'm coming...

Halo semuanya!!! Kabar gembira untuk anda semua *ini bukan iklan lohh. Dalam tulisan kali ini saya akan sedikit berbagi tentang berkas-berkas yang kamu butuhkan saat ingin berburu LOA, surat sakti tanda diterima di universitas di luar negeri. Dibacanya dengan hati yah, biar setresssnya dapet, hehehe. Tapi jangan sampai "baper" yah (pengalaman pribadi dulu baper cari LOA ) karena walaupun terlihat susah tapi insyaAllah adaaa jalaannn hooo... loh kok nyanyi, *maapin yoo. Intinya kalau kita berhenti berusaha (dibaca:menyerah) maka selesailah semuanya. Here we go. Sekarang saya sudah tiba di Exeter, Devon, UK. Masih pusing pengaruh kelamaan di pesawat tapi mumpung masih ada waktu berleha-leha makanya dimanfaatkan . Di postingan sebelumnya, saya janji untuk share tentang personal statement (surat ini jadi salah satu pertimbangan kampus dalam menerima mahasiswanya). Jadi kalau teman-teman ingin lanjut di luar negeri, harus bisa buat personal statemnt sendiri dalam bahas

Wawancara Beasiswa LPDP (Rasa Campur-Campur)

Di  postingan sebelumnya , saya sudah sempat bercerita tentang perjalanan saya hingga dinyatakan lulus berkas. Kali ini saya akan berbagi cerita tentang tahapan seleksi beasiswa LPDP selanjutnya yaitu Essay On the Spot, Leaderless Group Discussion (LDG), dan wawancara. Ups, tapi postingan ini akan lebih fokus ke wawancara. *tidak adil yah? Hehe. Maaf yoo... Sedikit info saja, saya hanya berusaha yang terbaik, sebisa saya, semampunya, semua-muanya. Pokonya keluarkan kemampuan menulis kamu sebaik mungkin menyesuaikan dengan waktu yang disediakan untuk Essay on the spot dan berdiskusilah dengan anggun, jangan nyolot tapi santun dan mengandung argumen yang tepat untuk LGD. Saya berusaha sebaik mungkin untuk essay dan LDG tapi tetap saja saya menyiapkan persiapan "ekstra" untuk wawancara. KENAPA? Bukan karena wawancara lebih penting dari yang lain tapi karena saya tahu itu salah satu kelemahan saya. I am not that bright comparing to the other stars (apasihhh pake bahasa Inggr

LoA, Jembatan Menuju Beasiswa

Halooooo..... Apa kabar teman-teman dimanapun berada. :D Waktu baru menunjukan pukul 4.30 am (waktu Exeter, UK) saat saya memulai tulisan ini, entah jam berapa di kampung halaman saya, hiks hiks *mulai homesick/cengeng banget sih, wkwkwk, Berhubung perkuliahan belum benar-benar dimulai, saya rasa ini waktu yang tepat untuk membagikan sedikit cerita tentang apa yang terjadi saat kita ingin SERIUSS kuliah di luar negeri. Harus serius loh, karena perjalanan untuk menuju "ke sana" sangat panjang dan berliku, serius deh. Beberapa orang mungkin menghabiskan setahun persiapan, mungkin kurang, tapi dari yang saya lihat dan alami, 1 tahun lebih (banyak lebihnya) untuk mewujudkannya. Saya sendiri mulai "bergerak" memburu kesempatan kuliah di luar negeri pada bulan Maret 2015 dan akhirnya bisa berangkat pada bulan September 2016. Jadiiiii yah hitung sendirilah, lama kan? Tapi jangan karena lama lantas menyerah, jangan karena susah lantas putus asa. Kalau orang lain