Langsung ke konten utama

Berawal dari Gambar di Bingkai

Tidak pernah saya terpikir akan bisa kuliah di Exeter. Kota kecil yang jaraknya 3 jam naik bus dari London. Eitss, tapi bukan karena kotanya kecil berarti univeristasnya tidak berkualitas. Jempol sejempol-jempolnya untuk kampusnya. Salah satu top university lah untuk UK. Kotanya kecil juga bukan berarti tidak ada tanda-tanda kehidupan, wkwkwk. "kecil" di sini berarti kecil populasinya dibanding kota-kota lain dan menurutku ukuran pusat kotanya memang tidak sebesar kota lain. Tapi kota ini sangat nyaman untuk ditinggali, lebih hangat, tenang, dan aman. Makanya banyak orang-orang tua senang menghabiskan masa pensiunnya di kota ini.

Okayy!!! Enough!! Kenapa yah saya merasa seperti mempromosikan Exeter, hahaha. Feeling Exeter like home already, upss! Hehehe. Tetap nah Kendari di hati, hehe. Tulisan kali ini sebenarnya cerita kenapa saya bisa "terdampar kuliah" di Exeter, yah walaupun di beberapa postingan sebelumnya sudah jelas bahwa alasan utamanya adalah karena University of Exeter adalah yang pertama menawarkan LoA dan karena universitas ini adalah salah satu yang terbaik untuk keguruan dan pendidikan.

Tapi sebenarnya cerita di balik itu lebih seperti "sudah jodoh mungkin" wkwkwk *apa jii...  (kalau tulisannya agak alay, maafkan yoo, haha).

So langsung saja ceritanya. Semua berawalnya kira-kira tiga tahun lalu, 2014, #throwback edition, LOL. Waktu itu tempatku mengajar pindah ke gedung baru. Gedung baru. Kelas baru. Furnitur baru. Semuanya serba baru. Kelas pertama saya waktu itu namanya kelas "Cambridge" *Oya ini cuma nama kelas, nama ruangannya untuk lebih tepatnya, tidak ada hubungannya dengan apa-apa.

Di kelas Cambridge itu ada sebuah gambar yang di bingkai cantik dan digantung di dinding. Gambar sebuah jembatan di atas sungai yang menghubungkan antara kastil (menurutku waktu itu) dengan tanah lapang di seberangnya. Pendek saja jembatan itu nampaknya. Di gambar itu juga tertulis logo "University of Cambridge". Gambar sesederhana itu yang menyesatkanku hingga ke tanah UK ini, hehe.

Memilih Inggris untuk kuliah itu sebenarnya hal yang lumrah untuk seorang guru bahasa Inggris, yah namanya juga guru bahasa Inggris, kuliah ke Inggris lah kalau bisa. Tapi Inggris itu bukan ukuran 10 RT RW, luas coyy, universitas ada banyak, kan pusing mau daftar yang mana. (note: saya daftar ke kampus dulu sebelum daftar beasiswa). Nah karena banyak pilihan, maka mulailah pilih dipilih, hehe. Saya terinspirasi dengan nama kelas tempat saya mengajar dan gambar jembatan yang tergantung di kelas itu. University of Cambridge. Maka cobalah saya mendaftar. Guess what?? Of course I failed... Before even starting, wkwkwk. Menyedihkan memang kalau kalah sebelum berjuang. Kenapa saya bilang begitu, yah karena saya mundur setelah tahu kalau saya harus bayar pendaftaran, pake pounds pula, kan menangis ATM, wkwk.

Tapi bukan berarti kita harus menyerah kan?? Lanjut sayy... Saya mencoba University of Oxford. Haha, kali ini mungkin kalian pikir saya merasa cukup percaya diri sehingga berani daftar ke Oxford, tapi sebenarnya saya memilih Oxford, karena kan sepasang Cambridge dan Oxford. Mereka berdua top University, rival plus related, some people say so, hehe. Endingnya saya rasa jelas. FAILED. Again. Haha. Sedihnya. Alasannya? Jelaslah. Lagi-lagi karena biaya pendaftaran, hiks hiks. Tambah sedih. Tapiiiii... Jangan menyerah, lanjutt teruss,,, semangat!

Percobaan selanjutnya adalah Nottingham. Di tempat saya mengajar juga ada kelas yang namanya Nottingham. Haha, lagi-lagi, hanya karena "nama kelas". Absurd, tapi yah bagaimana lagi, mulai dari yang terdekatlah, hehe. Nah, yang mengejutkan untuk saya adalah di Nottingham ada dua jenis Master Program: Coursework (fokus di kuliah) dan Research (fokus di penelitian), dan yang research itu gratis biaya daftar. Wow. Kesempatan ini. Maka mulailah saya mengikuti prosedur pendaftaran dan melengkapi berkas-berkas. Tapi, lagi-lagi tapi. Cancelled. Karena ini research, saya harus menyiapkan proposal penelitian agar bisa berkuliah. Hiks hiks. Karena saya rasa saya butuh waktu lama untuk mempersiapkan proposal penelitian dan saya tidak yakin bisa mengajukan proposal yang diharapkan. Akhirnya saya mengurungkan niat untuk melanjutkan pendaftaran di The University of Nottingham.

Stress euy. Yah bagaimana tidak, ternyata dalam proses pendaftaran saja, banyak yang harus dipersiapkan dan itupun belum tentu diterima dan atau dapat beasiswa yang saya inginkan. Saya sering terpaku melihat gambar jembatan di University of Cambridge dan bilang dalam hati "Tuhan, apakah suatu hari melihat dan berada di tempat dalam gambar ini?". Rasanya seperti lelah mengejar sesuatu yang tidak pasti. Saya bukannya mengeluh tapi itulah keadaan yang sebenarnya, banyak yang harus dilewati untuk mencapai apa yang kita inginkan. Kalau saya menyerah waktu itu, mungkin saya tidak akan ada di tempat saya sekarang. 

Yang terjadi kemudian adalah saya sempat merasa muak dan terkena sakit kepala sehari (kejadian sakit kepala ini kayanya lebih dikarenakan begadang nonton drama korea sehari sebelumnya, haha). Saya minta izin ke kantor untuk a day off. Saya ingat betul, hari itu hari kamis. Lupa tanggal berapa, wkwk. Setelah tidur siang 2 jam dan masih oleng-oleng pengaruh bangun tidur, sambil menonton drama turki di sore hari (*apasihhh drama lagi 😃 , btw judulnya Elif, haha #absurd), saya mencoba secara acak mendaftar ke universitas di Inggris yang ada dalam daftar beasiswa LPDP. Betul-betul secara acak. Sebenarnya, ini saya lakukan karena saya "sedikit" sedih setelah menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan tapi selalu gagal daftar karena terkendala biaya pendaftaran atau permintaan proposal. Jadi sore itu saya putuskan selama universitasnya ada dalam daftar LPDP dan biaya pendaftaran untuk coursework gratis, maka saya akan coba daftar.

Saya menghidari daftar research karena setelah browsing lebih banyak research nampaknya membutuhkan lebih banyak "efforts" yang saya sepertinya tidak akan sanggup. Dari pengalaman mendaftar sebelumnya, saya juga ketemu berbagai kampus yang pendaftarnnya GRATIS. Jadi, kamis sore itu saya habiskan untuk mendaftar secara acak kampus-kampus dalam daftar LPDP. Saya yakin, saya mendaftar lebih dari 4 kampus sore itu.

Yang ANEH bin AJAIB adalah yang mengirimi saya LoA conditional (surat penerimaan tapi belum 100%) pertama kali adalah University of Exeter, yang saya betul-betul LUPA apa saya pernah mendaftar di sana atau tidak. Saya sampai mengecek catatan saya, semua kampus yang saya daftar saya tulis username dan password. Tapi kampus yang satu ini, tidak ada dalam catatan saya. Kayanya kampus ini (read: University of Exeter) adalah kampus yang saya daftar saat saya gagal fokus mendaftar sembari nonton drama turki Elif, haha. Sumpah, mungkin itulah yang namanya jodoh. Mungkin tidak sengaja, mungkin hanya sepintas lalu tapi kalau Tuhan memang sudah mentakdirkan di sana nama kita tertulis, maka yang ke sanalah kita pergi, hehe.

Saya berjodoh dengan University of Exeter. Itulah yang saya percaya. Apalagi saat saya tahu (lebih tepatnya baru sadar saat mempersiapkan wawancara untuk beasiswa LPDP) kalau di Exeter itu pendidikan keguruannya adalah salah satu yang terbaik se UK. Wow, jodoh yang luar biasa yah, hehe.tidak salah-salah tawwa, hehe. Dan pada akhirya “terdamparlah” saya di Exeter.

Berawal dari sebuah gambar di kelas. Yah, sebuah gambar, hingga akhirnya ke Exeter. Senangnya masa liburan ini, saya akhirnya saya bisa melihat jembatan itu langsung. Akhiryaaa…


Easter Break di University of Cambridge


Jembatan itu namanya Mathematical Bridge, lokasi persisnya ada di Queen’s Collage, University of Cambridge. Dulu hanya sepintas lalu saya berharap kepada Tuhan dalam hati untuk melihantnya langsung dan Yang Maha Kuasa mengabulkannya. Rencana Tuhan selalu lebih indah. Jadi berusaha dan berdoalah. Ups, kok, diriku jadi seolah-olah seakan-akan, hehe. Intinya saya mau bilang, kekuatan doa itu tidak ada yang bisa mengukur. Saat saya merasa tidak mungkinlah saya berkuliah dan bisa melihat Mathematical Bridge itu.

Oya, di foto itu, saya bersama salah satu teman asal Medan yang juga berkuliah di University of Exeter. Senang bisa bertemu dengan nona asal Medan ini dan beberap nona cantik lainnya yang sayangnya duduk di sisi lain perahu jadi tidak bisa foto bareng, hehe.

Last but not least, seperti Tuhan dengan caranya sendiri membuatkan jalan untukku, teman-teman di luar sana, jangan menyerah yah, semoga Tuhan menjodohkan kita dengan hal-hal baik, mempertemukan kita dengan orang-orang baik, membuat kita berada di tempat-tempat yang baik, dan menjauhkan kita dari segala keburukan. Amin.

Sampai jumpa di postingan selanjutnya. ^^
Salam semangat!!!










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Personal Statement!!! I'm coming...

Halo semuanya!!! Kabar gembira untuk anda semua *ini bukan iklan lohh. Dalam tulisan kali ini saya akan sedikit berbagi tentang berkas-berkas yang kamu butuhkan saat ingin berburu LOA, surat sakti tanda diterima di universitas di luar negeri. Dibacanya dengan hati yah, biar setresssnya dapet, hehehe. Tapi jangan sampai "baper" yah (pengalaman pribadi dulu baper cari LOA ) karena walaupun terlihat susah tapi insyaAllah adaaa jalaannn hooo... loh kok nyanyi, *maapin yoo. Intinya kalau kita berhenti berusaha (dibaca:menyerah) maka selesailah semuanya. Here we go. Sekarang saya sudah tiba di Exeter, Devon, UK. Masih pusing pengaruh kelamaan di pesawat tapi mumpung masih ada waktu berleha-leha makanya dimanfaatkan . Di postingan sebelumnya, saya janji untuk share tentang personal statement (surat ini jadi salah satu pertimbangan kampus dalam menerima mahasiswanya). Jadi kalau teman-teman ingin lanjut di luar negeri, harus bisa buat personal statemnt sendiri dalam bahas

Wawancara Beasiswa LPDP (Rasa Campur-Campur)

Di  postingan sebelumnya , saya sudah sempat bercerita tentang perjalanan saya hingga dinyatakan lulus berkas. Kali ini saya akan berbagi cerita tentang tahapan seleksi beasiswa LPDP selanjutnya yaitu Essay On the Spot, Leaderless Group Discussion (LDG), dan wawancara. Ups, tapi postingan ini akan lebih fokus ke wawancara. *tidak adil yah? Hehe. Maaf yoo... Sedikit info saja, saya hanya berusaha yang terbaik, sebisa saya, semampunya, semua-muanya. Pokonya keluarkan kemampuan menulis kamu sebaik mungkin menyesuaikan dengan waktu yang disediakan untuk Essay on the spot dan berdiskusilah dengan anggun, jangan nyolot tapi santun dan mengandung argumen yang tepat untuk LGD. Saya berusaha sebaik mungkin untuk essay dan LDG tapi tetap saja saya menyiapkan persiapan "ekstra" untuk wawancara. KENAPA? Bukan karena wawancara lebih penting dari yang lain tapi karena saya tahu itu salah satu kelemahan saya. I am not that bright comparing to the other stars (apasihhh pake bahasa Inggr

LoA, Jembatan Menuju Beasiswa

Halooooo..... Apa kabar teman-teman dimanapun berada. :D Waktu baru menunjukan pukul 4.30 am (waktu Exeter, UK) saat saya memulai tulisan ini, entah jam berapa di kampung halaman saya, hiks hiks *mulai homesick/cengeng banget sih, wkwkwk, Berhubung perkuliahan belum benar-benar dimulai, saya rasa ini waktu yang tepat untuk membagikan sedikit cerita tentang apa yang terjadi saat kita ingin SERIUSS kuliah di luar negeri. Harus serius loh, karena perjalanan untuk menuju "ke sana" sangat panjang dan berliku, serius deh. Beberapa orang mungkin menghabiskan setahun persiapan, mungkin kurang, tapi dari yang saya lihat dan alami, 1 tahun lebih (banyak lebihnya) untuk mewujudkannya. Saya sendiri mulai "bergerak" memburu kesempatan kuliah di luar negeri pada bulan Maret 2015 dan akhirnya bisa berangkat pada bulan September 2016. Jadiiiii yah hitung sendirilah, lama kan? Tapi jangan karena lama lantas menyerah, jangan karena susah lantas putus asa. Kalau orang lain